Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup Di Sekolah Luar Biasa
Ditulis oleh Yani Saptiani S.Pd Guru SLB Negeri Semarang
Adanya Undang
Undang yang menaungi kaum difabel dalam hal pemenuhan hak ataupun kesempatan
untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan
di tengah tengah masyarakat patut disambut dengan suka cita. Kaum difabel
disebut sebagai kaum yang mempunyai
hambatan/ kelainan fisik ataupun mental dikarenakan suatu kecelakaan ataupun bawaan
lahir, sehingga menimbulkan adanya keterbatasan. Meskipun dengan kondisi keterbatasan
kaum difabel nantinya diharapkan dapat layak bekerja sesuai dengan skill yang
dimiliki. Sehubungan dengan hal tersebut
perlu dipersiapkan suatu program yang nantinya dapat mencetak kaum difabel
untuk dapat bekerja dan diterima di
masyarakat. Sekolah Luar Biasa dalam hal ini sebagai salah satu lembaga penyelenggara
pendidikan bagi kaum difabel perlu
mengembangkan alternative layanan program pendidikan yang mampu memberikan
kecakapan hidup untuk siswanya. Pendidikan Kecakapan HIdup atau life skills
dapat diartikan sebagai interaksi berbagai ilmu pengetahuan dan kecakapan yang
sangat penting untuk dimiliki oleh seseorang sehingga nantinya dapat hidup
mandiri.
Implementasi
program Pendidikan Kecakapan Hidup di Sekolah Luar Biasa ini dapat disesuaikan
dengan kondisi fisik serta kemampuan
anak didik. Penguatan program ini dapat dilakukan melalui pengembangan muatan
lokal yang diarahkan menjadi pendidikan pra vocational (keterampilan). Semua
anak didik diperlakukan sesuai dengan ketunaan/kelainan serta dioptimalkan sesuai kemampuan yang
dipunya. Mengingat pada Sekolah Luar Biasa yang didalamnya terdapat satuan
pendidikan dari TKLB, SDLB, SLTPLB, SMLB maka pola Pendidikan Kecakapan Hidup
harus disesuaikan dengan program pembelajaran masing-masing pada satuan
pendidikannya.
Pola pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup di
Sekolah Luar Biasa dapat ditempuh melalui
pengembangan empat aspek,yaitu :
Aspek Pengembangan budaya
sekolah.
Budaya sekolah sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak didik .Oleh karena itu dalam pengembangan pendidikan
kecakapan hidup budaya sekolah harus senantiasa di bina. Pembinaan ini
berhubungan dengan aspek sikap dan perilaku siswa yang menjadi tuntutan di
dunia kerja. Pembinaan ini mencakup aspek disiplin diri, sikap tanggung jawab,
kerja keras, semangat untuk belajar, toleransi ataupun kerja sama. Sehingga hal
tersebut nantinya dapat teraplikasikan dalam sendi kehidupan kaum difabel untuk menyongsong masa depan.
Aspek Managemen Sekolah
Dalam hal peningkatan
managemen sekolah prinsip kemandirian, kerjasama, keterbukaan, dan
akuntabilitas juga harus dikembangkan.
Seperti halnya sekolah pada umumnya ,managemen di Sekolah Luar Biasa harus
membangun kesamaan pemahaman tentang program kecakapan hidup, kemudian secara
bersama-sama menyusun program dan melaksanakan program tersebut dengan
sebaik-baiknya. Selanjutnya perlu adanya evaluasi secara periodik guna
mengetahui kendala yang terjadi dan mengatasi serta menemukan solusinya. Sekolah
juga harus mampu menciptakan iklim wirausaha yang nantinya juga akan menumbuhkan sikap
positif bagi anak didiknya.
Aspek Reorientasi Pembelajaran
Pelaksanaan pendidikan di
sekolah luar biasa hendaknya diorientasikan kepada kecakapan hidup, oleh karena
itu secara konseptual mata pelajaran yang mengacu kepada bidang ilmu seperti Metematika,Bahasa
Indonesia, IPA, IPS, PKn, dan sebagainya diharapkan mampu menumbuhkan aspek
kecakapan hidup peserta didik. Hal ini bukan berrti anak tidak diajarkan menulis
pada pelajaran Bahasa Indonesia, ataupun
menghitung dalam pelajaran Matematika tetapi diharapkan kesemuanya itu dapat
diintregasikan ke dalam tema yang nantinya akan berpengaruh untuk kehidupannya. Dalam cakupan reorientasi
pembelajaran ada empat hal yang perlu dikembangkan,meliputi:
Pertama, Kecakapan
Personal ( Self awareness ), Kecakapan ini berorientasi pada kesadaran diri
yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk
mengenali siapa dirinya ,kesadaran
akan potensi diri yang masih dimilki
untuk menolong diri sendiri dalam
kegiatan keseharian ,ataupun belajar menumbuhkan percaya diri.
Kedua, Kecakapan Sosial
(social skill ), Kecakapan ini berorientasi pada pengembangan komunikasi
dan kemampuan bekerja sama dalam
lingkungan.ataupun kerja kelompok. contoh sederhana yaitu kerja gotong royong
membersihkan kelas.
Ketiga, Kecakapan Pra
Vokasional (pre vocational skill ) , Kecakapan ini mengarah kepada penguasaan
keterampilan ataupun pemberian latihan sebelum anak memasuki dunia kerja.
Keempat,
Kecakapan hidup bekerja (occupational skill), Kecakapan ini mengarah
pada penguasaan keterampilan, penguasaan
kompetensi sesuai kemampuan dan bakat yang dimiliki atau juga sampai pada tarap
menghasilkan produk barang ataupun jasa. Materi
paket keterampilan meliputi beberapa program pilihan seperti pertanian,
kerumahtanggaan, usaha dan perkantoran, keterampilan jahit/sulam, usaha
pertokoan, peternakan, cuci motor,
ataupun kesenian.
Selain itu ada juga
pelajaran khusus yang disiapkan untuk
mengatasi masalah utama anak di sesuaikan dengan ketunaan yang dialami.yaitu :
a. Orientasi mobilitas
(termasuk juga bina diri ) untuk Tuna
Netra
b. Bina Persepsi bunyi dan irama
untuk Tuna Rungu Wicara
c. Bina Diri (kemampuan merawat diri ) untuk Tuna Grahita
d. Bina gerak untuk Tuna Daksa
e. Bina pribadi dan social
untuk Tuna Laras
Dengan reorientasi
pembelajara ini anak didik diharapkan dapat berkembang maksimal menuju
kecakapan hidupnya .anak diharapkan mampu menguasai keterampilan atau kecakapan
tertentu bagi kehidupannya.
Aspek Hubungan Sinergis
Masyarakat
Hubungan sinergis antara
sekolah, orang tua dan masyarakat sangat penting dalam mendukung implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup. Keterlibatan orang
tua dan masyarakat dapat dijadikan kesempatan untuk menentukan arah
pengembangan program sekolah. Sejalan dengan dibentuknya komite yang merupakan patner sekolah dalam menyusun
kebijakan dan menyukseskan program sekolah maka peran dan fungsi komite sekolah adalah sebagai badan yang mewadai peran serta
masyarakat dalam meningkatkan mutu
,pemerataan, dan pengelolaan pendidikan di satuan lembaga pendidikan
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing masing. Dengan demikian sekolah
pada tataran teknis perlu menganalisis biaya sekolah yang berkorelasi signifikan
terhadap mutu pendidikan yang nantinya diperoleh. serta mampu meyakinkan bahwa
kebijakan program yang diambil dapat
membawa kemanfaatan bagi anak didiknya.
Melalui pengembangan dan
pengoptimalan di setiap aspek diharapkan program Pendidikan Kecakapan Hidup dapat
terimplementasikan secara baik dan benar sehingga akan menghantarkan kaum
difabel menjadi insan yang berguna dengan penguasaan kecakapan yang dimiliki
serta dapat bekerja dan diterima di
tengah-tengah masyarakat.