PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI MASA PANDEMI COVID-19
Ditulis Oleh Yani Saptiani, S.Pd.
Guru SLB N Semarang Jawa Tengah
Dalam masa pandemi Covid-19,
Kemendikbud, melalui Sekretariat Jenderal telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor
15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa
Darurat Penyebaran Covid-19. Dikeluarkannya surat edaran tersebut untuk
memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapat layanan pendidikan selama
masa darurat Covid-19 dengan menyediakan media pembelajaran secara online atau
dalam jaringan (daring). Pembelajaran jarak jauh merupakan proses
pembelajaran, dimana guru dan peserta didik berada di lokasi yang terpisah
sehingga memerlukan sistem telekomunikasi eraktif untuk menghubungkan keduanya
serta berbagai sumber daya yang diperlukan. Untuk ghubungkan komunikasi guru,
peserta didik, dan sumber daya yang diperlukan, guru dituntut berpikir lebih kreatif dalam memanfaatkan
aplikasi yang tersedia pada smartphone sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
PDBK.
Pendidikan jarak jauh (bahasa Inggris: distance education) adalah
pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik dan instrukturnya berada
di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk
menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya.
Pembelajaran elektronik (e-learning) atau pembelajaran daring (online)
merupakan bagian dari pendidikan jarak jauh yang secara khusus menggabungkan
teknologi elektronika dan teknologi berbasis internet.[1]
Kemajuan yang terjadi dalam dunia teknologi komunikasi dan informasi
memunculkan peluang maupun tantangan baru dalam dunia pendidikan. Peluang baru
yang muncul termasuk akses yang lebih luas terhadap konten multimedia yang
lebih kaya, dan berkembangnya metode pembelajaran baru yang tidak lagi dibatasi
oleh ruang dan waktu. Di sisi lain kemajuan teknologi dengan beragam inovasi
digital yang terus berkembang juga menghadirkan tantangan baru bagi
penyelenggara pendidikan untuk terus menyesuaikan infrastruktur pendidikan dengan
teknologi baru tersebut.[2]
Pendidikan jarak jauh bukan
metode baru dalam sistem pendidikan. Metode pembelajaran ini telah digunakan di
Amerika Serikat sejak tahun 1892 ketika Universitas Chicago meluncurkan program
pembelajaran jarak jauh pertamanya untuk tingkat pendidikan tinggi. Metode
pembelajaran jarak jauh terus berkembang dengan menggunakan beragam teknologi
komunikasi dan informasi termasuk radio, televisi, satelit, dan internet.[3]
Meluasnya penggunaan internet oleh publik di berbagai negara pada tahun 1996
menjadi suatu fenomena yang berkembang dan diikuti oleh kemunculan beragam
konten digital di dalamnya.[4] Pada tahun yang sama, John Bourne mengembangkan
Asychronous Learning Network Web yang merujuk kepada kemampuan untuk memberikan
pendidikan kapan saja dan di mana saja melalui internet.[3
Berikut karakteristik
dasar Pendidikan jarak jauh yaitu:
1.Pengajar
dan peserta didik tidak berada dalam satu ruang yang sama saat proses
belajar-mengajar berlangsung.Penyampaian materi ajar dan proses pembelajaran
dilakukan dengan memanfaatkan media komunikasi dan informasi.Menekankan pada
cara belajar mandiri namun ada lembaga yang mengaturnya.Keterbatasan pada
pertemuan tatap muka. Biasanya pertemuan tatap muka dilakukan secara periodik
antara peserta didik dengan pengajar atau tutor.
2.Fleksibilitas
dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain masing-masing peserta didik dapat
mengatur waktu belajarnya sendiri sesuai dengan ketersediaan waktu dan
kesiapannya.Teknologi komunikasi dalam pendidikan jarak jauhPenyelenggaraan
pendidikan jarak jauh tidak dapat dilepaskan dari penggunaan teknologi. Hal ini
dikarenakan dalam pendidikan jarak jauh tidak terjadi kontak secara langsung
antara pengajar dan peserta didik. Proses komunikasi antara keduanya dilakukan
melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. Walau demikian,
pertemuan tatap muka tetap dapat dilakukan dengan frekuensi yang terbatas.
Teknologi komunikasi dan informasi yang banyak digunakan dalam pendidikan jarak
jauh adalah komputer dan internet.
3.Pemanfaatan komputer dan internet memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk dapat mengakses materi-materi ajar yang juga sudah dikemas dalam
bentuk digital di mana pun dan kapan pun. Dengan menggunakan komputer dan
internet juga, pengajar dan peserta didik dapat melakukan interaksi baik
menggunakan aplikasi surat elektronik, video konferensi, atau forum diskusi
dalam jaringan. Meski penggunaan berbagai teknologi digital dalam pendidikan
jarak jauh membuat batas-batas geografis seakan lenyap, namun proses komunikasi
yang dimediasi oleh komputer dan internet memiliki keterbatasan dalam menangkap
ekspresi dan gerakan (gesture) dari pengajar dan peserta didik. Teknologi
komunikasi pendukung lainnya yang digunakan untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan jarak jauh antara lain buku elektronik, compact disc (CD) atau
digital versatile disc (DVD) untuk rekaman audio dan video, perangkat pengolah
informasi seperti tablet atau laptop.
Keunggulan dan kelemahan
pembelajaran jarak jauh.
Keunggulan dari metode pendidikan jarak
jauh antara lain:
Proses pembelajaran dapat dilakukan tanpa dibatasi oleh keharusan
pengajar dan peserta didik untuk berada di ruang dan waktu yang sama.Penggunaan
teknologi komunikasi dan informasi sebagai media pembelajaran menimbulkan biaya
yang lebih rendah baik bagi penyelenggara pendidikan jarak jauh maupun peserta
didik.Materi ajar dan berbagai interaksi dalam bentuk tulisan yang dikemas
secara digital memungkinkan peserta didik untuk dapat membaca kembali
berulang-ulang informasi yang tercatat di dalamnya.Kelemahan dari metode
pendidikan jarak jauh antara lain:
Minimnya kontak langsung antara pengajar dan peserta
didik memperlambat proses terbangunnya relasi sosial dan nilai-nilai yang
menjadi tujuan dasar dari pendidikan.
Rendahnya kontrol terhadap proses pembelajaran
sebagai impikasi dari cara belajar mandiri yang menjadi titik berat dari
pendidikan jarak jauh.
Kelemahan
dari metode pendidikan jarak jauh antara lain:
Minimnya kontak langsung antara pengajar dan peserta didik memperlambat
proses terbangunnya relasi sosial dan nilai-nilai yang menjadi tujuan dasar
dari pendidikan.Rendahnya kontrol terhadap proses pembelajaran sebagai impikasi
dari cara belajar mandiri yang menjadi titik berat dari pendidikan jarak
jauh.Keterbatasan teknologi komunikasi dan informasi yang tidak dapat
menggantikan sepenuhnya proses komunikasi dan interaksi secara langsung yang
terjadi dalam pendidikan konvensional.
Media pembelajaran yang tersedia berupa portal rumah
belajar, TV edukasi, Pembelajaran digital, daring program sapa duta rumah
belajar, guru berbagi serta banyak portal lainnya yang sejenis.
Skenario pembelajaran erat terkait dengan bagaimana PJJ
dilaksanakan. Sekurang-kurangnya ada tiga skenario pembelajaran, yaitu (1)
sesuai jadwal pelajaran, yaitu pelajaran yang terstruktur dan sepenuhnya
mengacu pada ketercapaian kurikulum yang sudah disusun sebelum masa pandemi
Covid-19, (2) tidak sesuai jadwal dan mengacu pada kebutuhan PDBK dalam
mengatasi masa krisis dengan memperhatikan ketercapaian kurikulum, dan (3)
konten pembelajaran dan kegiatan yang dipilih untuk membantu PDBK mengatasi
krisis saat ini. Mengingat media pembelajaran tersebut belum menyentuh
kebutuhan guru pada satuan pendidikan khusus/SLB karena kondisi peserta didik
yang sedemikian rupa, hanya sebagian kecil guru SLB yang mengakses
portal-portal tersebut. Hal lain adalah, kurangnya pembinaan dan sosialisasi yang
dilakukan sehingga guru SLB melakukan kegiatan Belajar Dari Rumah (BDR) atau
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berdasarkan kondisi-kondisi yang dimungkinkan
dapat dilakukan, seperti melalui WhatsApp (WA), videocall,zoom atau media lain
yang lebih sederhana.